Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

SELAMAT HARI LAHIR KAWAN

Gambar
               Foto:penulis bersama kawan Apalah arti syairku Tentang rindu Pada kawan diujung jalan Tiada hari tanpa pengharapan  Si tinggi yang ku sebut jerapah Yang tak pernah lelah mendengar keluh Padaku yang cerewet melulu Pada peraduan rindu yang semu Ucap syukur Atas berkurang nya umur Ingat diriku dengan traktir Balas dengan ikhtiar Jodoh ? Bodoh? Sendiri? Sepi? Lupakan ! Tinggalkan! Kenangan! Canda'an! Perihal resah pada hidup Jangan keluhkan pada bunga tulip Tapi ada dia yang sering kau panggil panda Dan sikecil yang menyengat silebah betina. Acap kali bertengkar Di aduk dicampur Seperti kopi pahit dalam cangkir Diseruput di ujung pesisir Hinggap tak terpisah Meski dengan ribuan masalah Sebab akan ada yang jadi penengah Tau dan sadar untuk  mengalah Sukses untuk karir Jangan menyingkir Terpojok karna daerah pesisir Tapi maju sebagai seorang pendekar Buat hari lebih menyenangkan ...

GEMURUH DI DADAKU

Gambar
                                Foto: sang bidadariku Kala ku tatap diam langit sore ini Disini tempatku hidup mencari penghidupan Dibawah lampu kuning pengharapan Terlihat ramai namun hati tak pernah damai Saat kelam semakin mencekam Tersambut dinginnya malam Pada rindu yang begitu mendalam Terlihat semakin hari semakin kusam Kepadamu yang telah pergi Seperti sang senja yang terlukai Seperti hujan yang tak lagi jatuh kebumi Seperti malam yang diselimuti sepi Gemeretak bunyi suara hatiku? Tumpah pada secawan rindu Berkecamuk resah yang berlarut Remuk oleh gumpalan kecewa berat Kau tau kenapa ? Sebab rindu yang menggebu Tergiang jelas lagu tidur yang kau nyanyikan Hingga dewasaku tak lagi kau dampingi Kini hadirmu hanya sebatas semu Ku pandang kertas usang Kulihat senyum terakhir yang ku kenang Dimataku kau penuh kasih sayang Cinta terhalang samudra membentang Secangkir kopi ...

WERAKU YANG DIMARJINALKAN

Gambar
                       Puisi : Foto penulis Hai tuanku? Lihatlah desaku yang  reot dan kumuh Hijau dedaun pagi tak lagi indah Dengan ribuan debu yang menghiasinya Kami tak lagi bisa menikmati embun pagi Ruas jalan masih dengan mengalaskan tanah , batu dan kerikil kecil Yang kadang menghantam kulit kami yang tua, muda dan anak-anak kami Terpental berdarah dan nyawa sebagai taruhan Sungguh ironi weraku Jalan lintasku masih saja belum diperbaiki Tolong ! Ruas jalur yang sempit diperlebar Jenuh melanda kami jeritan sijelata untuk infrastruktur wera-sape Kau buta ? Kau tuli? Rakyat mu dipelosok desa tak lagi kau dengar jeritanya Tangisannya tak lagi kau dengar Kau lalai ! Aku terpana memandang layar kaca Sebuah adegan aneh namun nyata Yang disaksikan oleh seluruh rakyat Skenario yang dirancang oleh pemerintah Tuanku Dengan teganya kau permainkan rakyatmu Yang tak merasakan nikmat kemerdekaan yang...